Jumat, 05 September 2014

Cerita Rakyat Kalimantan Tengah dan Bahasa Inggrisnya

Dahulu kala, di Baras Semayang hiduplah sebuah keluarga yang memiliki seorang anak gadis bernama Tapih. Suatu hari, Saat Tapih mandi di sungai, tiba-tiba topi tanggul dareh (topi yang tepinya lebar dan khusus dipergunakan pada upacara khusus) miliknya dihempaskan angin kencang dan jatuh di sungai. Topi itu kemudian terbawa arus sungai yang cukup deras. Karena topi itu dianggap bukan sembarang topi, maka Tapih dan orang tuanya menyusuri setiap desa yang terletak di sepanjang sungai Rungan untuk mencarinya. Ditanyainya setiap orang desa yang ditemui, namun mereka tak ada yang mengetahuinya. Akhirnya, Tapih dan orang tuanya tiba di desa Sepang Simin dan menemukan kembali topi itu. Ternyata topi itu dipungut oleh seorang pemuda bernama Antang Taung. Orang tua Tapih menghadiahi pemuda itu emas, namun Antang Taung menolaknya. Sebagai gantinya, ia meminta Tapih untuk dijadikan istrinya. Permintaan itu di setujui oleh orang tua Tapih. Tak lama kemudian, Antang dan Tapih dinikahkan di desa Baras Semanyang. Menurut adat setempat, sepasang mempelai baru harus berdiam di rumah kedua orang tua masing-masing secara berfiliran. Mereka merasa sangat berat untuk memenuhi adat ini karena diantara kedua desa mereka terdapat hutan yang cukup lebat. Untuk pemecahan masalah itu, diputuskan membuat jalan yang dapat menghubungken kedua desa tanpa melalui hutan tersebut. Pembuatan jalan di mulai dari Baras Semayang. Pekerjaan mereka mulanya mengalami gangguan makhluk gaib. Setiap kali pekerja pulang, gubuk tempat mereka beristirahat telah dimasuki orang dan bekal makanan mereka dicuri. Hingga suatu hari, mereka menemukan akal. Mereka berbuat seolah-olah meninggalkan gubuk untuk bekerja, tetepi sebenarnya mereka bersembunyi di balik semak yang tak jauh dari tempat itu. Dari tempat persembuyian itu , mereka dapat melihat seekor binatang angkes (sejenis landak) sedang menaiki tangga gubuk. Setelah masuk kedalam, binatang itu menggoyang-goyangkan tubuhnya, dan secara ajaib berubah menjadi seorang pemuda yang tampan. Melihat hal itu para pekerja segera meringkus dan berhasil menangkapnya. Ia minta ampun agar dilepaskan, jika ia dilepaskan ia berjanji akan membantu para pekerja membuat jalan. Akhirnya permintaan itu diluluskan. Anehnya, pemuda jelmaan binatang angkes tadi berhasil menyelesaikan pembuatan jalan yang cukup panjang hanya dalam waktu tiga hari. Mengetahui akn hal itu Tapih dan suaminya sangat kagum kepada pemuda jadi-jadian itu dan mereka mengambilnya sebagai anak angkat. Kini, dengan adanya jalan itu, suami istri itu dapat mondar mandir kedesa masing-masing dengan mudah tanpa harus melewati hutan yang cukup lebat itu. Beberapa waktu kemudian Tapih pun mengandung. Saat itu mereka berada di desa Sepang Simin. Calon ibu muda itu mengidam ingin makan ikan, maka Antang Taung segera pergi kesungai untuk menangkap ikan. Saat itu ia mendapat hasil cukup lumayan. namun,ketika ia akan mendarat ke desa dengan biduknya,tiba-tiba turun hujan besar. Dengan tergesa –gesa ia lari pulang,dan tanpa ia sengaja telah meninggalkan seekor ikan tomang di dalam perahunya. Keesokan harinya,ketika ia kembali ke perahu untuk mengambilnya ,ternyata ikan itu telah lenyap. Sebagai gantinya , ditempat itu terbaring seorang bayi perempuan. Anak itu kemudian di bawa pulang oleh Antang Taung dan anak itu kemudian diangkat menjadi anak angkat mereka. Anehnya, bayi perempuan temuan mereka itu tumbuh dengan cepatnya. Dalam waktu beberapa bulan saja ia sudah menjadi seorang gadis dewasa yang cantik. Gadis jelmaan ikan tomang itu kemudian jatuh cinta pada pemuda jelmaan binatang angkes. Dan keduanya kemudian dikawinkan. Mereka menjadi suami istri yang bahagia. Tak lama kemudian mereka melahirkan seorang anak laki-laki. Akan tetapi, anak itu mati tak lama setelah lahir. Betapa sedih kedua manusia jelmaan binatang itu. sKesedihan lain pun muncul. Beberapa hari kemudian saudara laki-laki angkat mereka, yakni putera Tapih dan Antang Taung juga meninggal. Menurut adat, orang yang meninggal harus dilakukan dua kali upacara kematian, sebelum arwahnya dapat menuju ke Lewu Tatau (Sorga orang Dayak Ngaju). Pada upacara pertama jenazah dikebumikan dan pada upacara kedua, jenazah yang sudah tinggal tulang belulang itu dibakar. Hal ini dimaksudkan untuk membebaskan roh seseorang dari badan kasarnya untuk selama-lamanya. Sifat upacara ini mewah sekali dan disebut dengan nama Tiwah. Ketika mendengar bahwa saudara angkatnya hendak di tiwahkan, suami istri jelmaan binatang itu ingin juga agar anaknya yang telah meninggal dibakar dalam upacara tersebut. Niat itu sangat di tentang oleh Tapih dan Antang Taung, tapi mereka tak menghiraukan dan bersikukuh dengan niat itu. Dan terjadi sesuatu yang menghebohkan ketika kuburan anak suami istri jadi-jadian itu di gali. Ternyata yang tinggal bukan tulang belulang manusia melainkan tulang belulang binatang dan ikan. Kejadian itu membuat malu besar pada kedua suami istri asal binatang itu, sehingga akhirnya mereka menyinkir dari desa Sepang Simin dan membangun sebuah desa di hutan belantara. Didesa itu mereka kemudian berkembang biak menjadi suatu keluarga besar. Keturunannya kemudian dikenal dengan sebutan Hantuen. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, orang hantuen yang asli sudah tidak ada. Yang ada hanyalah keturunannya yang sudah kawin dengan manusia biasa. Orang yang memiliki darah hantuen dipercaya akan memiliki kemampuan untuk mengubah diri menjadi hantu jadi-jadian (hantuen). Pada siang hari mereka akan menjadi manusia biasa, tetapi pada malam hari mereka akan mengubah dirinya menjadi hantu tanpa tubuh yang gemar menghisap darah. *** Inilah cerita yang oleh penduduk di aliran sungai Kahayan dianggap legenda yang benar-benar pernah terjadi. Untuk memperkuat kebenaran legenda ini, mereka dapat menunjukkan jalan yang dibuat oleh pemuda jelmaan angkes tersebut. Jalan itu bernama Langkuas, yang terletak diantara Baras samayang dan Sepang Simin. # Once upon a time, there lived in Baras Semayang a family who had a daughter named tapih. One day, tapih When bathing in the river, suddenly embankment dareh cap (cap edges and special width used in special ceremonies) his high winds knocked down and fell in the river. The cap was then carried by river currents are quite heavy. Since the cap was considered not just any hat, then tapih and his parents down every village located along the river Rungan to look for it. Ditanyainya village met everyone, but no one knows them. Finally, tapih and his parents arrived in the village and Simin Sepang reinvent the hat. It turns out that the hat was picked up by a young man named Antang Taung. Parents tapih gold reward the young man, but Antang Taung rejected. Instead, he asked to be his wife tapih. The request was approved by the parents tapih. Shortly thereafter, Antang and tapih married in the village of Baras Semanyang. According to local custom, the new groom must stay at home parents are berfiliran respectively. They find it very hard to fulfill this custom between the two villages because they are fairly dense forest. For solving the problem, it was decided to make a second menghubungken path through the village without the forest. Making the road at the start of Baras Semayang. Their work initially impaired supernatural beings. Every time workers go home, rest huts where they had entered their people and their food stolen. Until one day, they find reasonable. They act as if leaving the hut for work, they actually tetepi hiding behind a bush not far from that place. From the persembuyian it, they can see an animal angkes (a type of sea urchin) was up the stairs hut. Once entered into, the animal shook his body, and is magically transformed into a handsome young man. Seeing that the workers immediately apprehended and caught him. He asked forgiveness in order to be released, if he is released he promised to help workers make way. Finally, the request was passed. Surprisingly, young incarnation angkes animals had successfully completed the manufacture of a fairly long way in just three days. Knowing akn it tapih and her husband was amazed to youth that imitation and they took it as a foster child. Now, with the way it was, the husband and wife were pacing kedesa can each easily without having to pass through fairly dense forest. Some time later tapih also contains. At that time they were in the village Simin Sepang. Prospective young mother craves want to eat fish, then immediately go Antang Taung river to catch fish. At that time he got pretty good results. however, when it will land to the village with biduknya, suddenly a big rain. -gesa Haste he ran home, and without he accidentally left Tomang fish in the boat. The next day, when he returned to the boat to pick it up, it turns out that the fish have disappeared. Instead, the ground lay a baby girl. The boy was then taken home by the child Antang Taung and later became their adopted child. Surprisingly, the findings of their baby girl was growing rapidly. Within a few months he had become a beautiful adult girl. Tomang fish incarnation girl was later falls in love with young incarnation angkes animals. And both are then mated. They became husband and wife are happy. Soon they give birth to a boy. However, the child died shortly after birth. How sad both human incarnation of the beast. Another sKesedihan emerged. A few days later the brother of their lift, the son tapih and Antang Taung also died. According to custom, the deceased should be done twice a funeral ceremony, before his spirit can go to Lewu Tatau (Heaven Ngaju Dayak). At the first ceremony and buried the bodies in a second ceremony, the bodies were already living bones were burned. It is intended to liberate the spirit from the body roughly one forever. The nature of this ceremony once luxurious and called by the name Tiwah. When he heard that his adopted brother wanted in tiwahkan, the animal incarnation couple wanted also to his son who had died were burned in the ceremony. The intention was at about the tapih and Antang Taung, but they did not heed, and insisted with that intention. And something horrendous happens when a married child grave imitation was dug. It turns out that living is not human bones, but the bones of animals and fish. The incident made a big shame on both husband and wife from the beast, so that eventually they menyinkir of Sepang Simin village and build a village in the wilderness. Village that they then proliferate into a large family. His descendants became known as Hantuen. According to local belief, the original hantuen gone. There is only offspring who is married to a man. People who have blood hantuen believed to have the ability to turn themselves into a ghost imitation (hantuen). During the day they will be a regular human being, but at night they would turn himself into a ghost without a body who likes to suck blood. *** This is the story that the population in the watershed is considered a legend Kahayan really never happened. To confirm the truth of this legend, they can show the path made by the young incarnation angkes. The street was named Langkuas, which is located between Baras samayang and Simin Sepang.